Senin, 03 Oktober 2011

Makna bahasa indonesia dalam kehidupan sehari hari

          Dalam berkomunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling sering digunakan adalah bahasa baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Begitu dekatnya kita kepada bahasa, terutama bahasa Indonesia, sehingga tidak dirasa perlu untuk mendalami dan mempelajari bahasa Indonesia secara lebih jauh. Akibatnya, sebagai pemakai bahasa, orang Indonesia tidak terampil menggunakan bahasa. Suatu kelemahan yang tidak disadari.

Komunikasi lisan atau nonstandar yang sangat praktis menyebabkan kita tidak teliti berbahasa. Akibatnya, kita mengalami kesulitan pada saat akan menggunakan bahasa tulis atau bahasa yang lebih standar dan teratur. Pada saat dituntut untuk berbahasa’ bagi kepentingan yang lebih terarah dengan maksud tertentu, kita cenderung kaku. Kita akan berbahasa secara terbata-bata atau mencampurkan bahasa standar dengan bahasa nonstandar atau bahkan, mencampurkan bahasa atau istilah asing ke dalam uraian kita. Padahal, bahasa bersifat sangat luwes, sangat manipulatif. Kita selalu dapat memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Lihat saja, bagaimana pandainya orang-orang berpolitik melalui bahasa. Kita selalu dapat memanipulasi bahasa untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Agar dapat memanipulasi bahasa, kita harus mengetahui fungsi-fungsi bahasa.

Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol sosial (Keraf, 1997: 3).

            Derasnya arus globalisasi di dalam kehidupan kita akan berdampak pula pada perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam era globalisasi itu, bangsa Indonesia mau tidak mau harus ikut berperan di dalam dunia persaingan bebas, baik di bidang politik, ekonomi, maupun komunikasi.  Konsep-konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) secara tidak langsung memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk budaya akan tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu, termasuk bahasa Indonesia, yang dalam itu, sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan iptek itu (Sunaryo, 1993, 1995)

           Menurut Sunaryo (2000 : 6), tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia) iptek tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa Indonesia di dalam struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar, menjadikan bahasa sebagai prasarana berfikir modern. Oleh karena itu, jika cermat dalam menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berfikir karena bahasa merupakan cermin dari daya nalar (pikiran)

            Hasil pendayagunaan daya nalar itu sangat bergantung pada ragam bahasa yang digunakan. Pembiasaan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan menghasilkan buah pemikiran yang baik dan benar pula. Kenyataan bahwa bahasa Indonesia sebagai wujud identitas bahasa Indonesia menjadi sarana komunikasi di dalam masyarakat modern. Bahasa Indonesia bersikap luwes sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai sarana komunikasi masyarakat modern. 

Benarkah Bahasa Mempengaruhi Perilaku Manusia?

Menurut Sabriani (1963), mempertanyakan bahwa apakah bahasa mempengaruhi perilaku manusia atau tidak? Sebenarnya ada variabel lain yang berada diantara variabel bahasa dan perilaku. Variabel tersebut adalah variabel realita. Jika hal ini benar, maka terbukalah peluang bahwa belum tentu bahasa yang mempengaruhi perilaku manusia, bisa jadi realita atau keduanya. 

Kehadiran realita dan hubungannya dengan variabel lain, yakni bahasa dan perilaku, perlu dibuktikan kebenarannya. Selain itu, perlu juga dicermati bahwa istilah perilaku menyiratkan penutur. Istilah perilaku merujuk ke perilaku penutur bahasa, yang dalam artian komunikasi mencakup pendengar, pembaca, pembicara, dan penulis.
  
        1. Bahasa dan Realita

Fodor (1974) mengatakan bahwa bahasa adalah sistem simbol dan tanda. Yang dimaksud dengan sistem simbol adalah hubungan simbol dengan makna yang bersifat konvensional. Sedangkan yang dimaksud dengan sistem tanda adalah bahwa hubungan tanda dan makna bukan konvensional tetapi ditentukan oleh sifat atau ciri tertentu yang dimiliki benda atau situasi yang dimaksud. Dalam bahasa Indonesia kata cecak memiliki hubungan kausal dengan referennya atau binatangnya. Artinya, binatang itu disebut cecak karena suaranya kedengaran seperti cak-cak-cak. Oleh karena itu kata cecak disebut tanda bukan simbol. Lebih lanjut Fodor mengatakan bahwa problema bahasa adalah problema makna. Sebenarnya, tidak semua ahli bahasa membedakan antara simbol dan tanda. Richards (1985) menyebut kata table sebagai tanda meskipun tidak ada hubungan kausal antara objek (benda) yang dilambangkan kata itu dengan kata table.
 
Dari uraian di atas dapat ditangkap bahwa salah satu cara mengungkapkan makna adalah dengan bahasa, dan masih banyak cara yang lain yang dapat dipergunakan. Namun sejauh ini, apa makna dari makna, atau apa yang dimaksud dengan makna belum jelas. Bolinger (1981) menyatakan bahwa bahasa memiliki sistem fonem, yang terbentuk dari distinctive features bunyi, sistem morfem dan sintaksis. Untuk mengungkapkan makna bahasa harus berhubungan dengan dunia luar. Yang dimaksud dengan dunia luar adalah dunia di luar bahasa termasuk dunia dalam diri penutur bahasa. Dunia dalam pengertian seperti inilah disebut realita. 

Penjelasan Bolinger (1981) tersebut menunjukkan bahwa makna adalah hubungan antara realita dan bahasa. Sementara realita mencakup segala sesuatu yang berada di luar bahasa. Realita itu mungkin terwujud dalam bentuk abstraksi bahasa, karena tidak ada bahasa tanpa makna. Sementara makna adalah hasil hubungan bahasa dan realita.

     2. Bahasa dan perilaku 

       Seperti yang telah diuraikan di atas, dalam bahasa selalu tersirat realita. Sementara perilaku selalu merujuk pada pelaku komunikasi. Komunikasi bisa terjadi jika proses decoding dan encoding berjalan dengan baik. Kedua proses ini dapat berjalan dengan baik jika baik encoder maupun decoder sama-sama memiliki pengetahuan dunia dan pengetahuan bahasa yang sama. (Omaggio, 1986)

Dengan memakai pengertian yang diberikan oleh Bolinger(1981) tentang realita, pengetahuan dunia dapat diartikan identik dengan pengetahuan realita. Bagaimana manusia memperoleh bahasa dapat dijelaskan dengan teori-teori pemerolehan bahasa. Sedangkan pemerolehan pengetahuan dunia (realita) atau proses penghubungan bahasa dan realita pada prinsipnya sama, yakni manusia memperoleh representasi mental realita melalui pengalaman yang langsung atau melalui pemberitahuan orang lain. Misalnya seseorang menyaksikan sebuah kecelakaan terjadi, orang tersebut akan memiliki representasi mental tentang kecelakaan tersebut dari orang yang langsung menyaksikannya juga akan membentuk representasi mental tentang kecelakaan tadi. Hanya saja terjadi perbedaan representasi mental pada kedua orang itu.  
  
3.  Bahasa sebagai Alat Kontrol Sosial

Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif. Kontrol sosial ini dapat diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada masyarakat. Berbagai penerangan, informasi, maupun pendidikan disampaikan melalui bahasa. Buku-buku pelajaran dan buku-buku instruksi adalah salah satu contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial.

Ceramah agama atau dakwah merupakan contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Lebih jauh lagi, orasi ilmiah atau politik merupakan alat kontrol sosial. Kita juga sering mengikuti diskusi atau acara bincang-bincang (talk show) di televisi dan radio. Iklan layanan masyarakat atau layanan sosial merupakan salah satu wujud penerapan bahasa sebagai alat kontrol sosial. Semua itu merupakan kegiatan berbahasa yang memberikan kepada kita cara untuk memperoleh pandangan baru, sikap baru, perilaku dan tindakan yang baik. Di samping itu, kita belajar untuk menyimak dan mendengarkan pandangan orang lain mengenai suatu hal.
Contoh fungsi bahasa sebagai alat kontrol sosial yang sangat mudah kita terapkan adalah sebagai alat peredam rasa marah. Menulis merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk meredakan rasa marah kita. Tuangkanlah rasa dongkol dan marah kita ke dalam bentuk tulisan. Biasanya, pada akhirnya, rasa marah kita berangsur-angsur menghilang dan kita dapat melihat persoalan secara lebih jelas dan tenang.

4. Bahasa sebagai Alat Integrasi dan Adaptasi Sosial

Bahasa disamping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu, serta belajar berkenalan dengan orang-orang lain. Anggota-anggota masyarakat  hanya dapat dipersatukan secara efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya. Ia memungkinkan integrasi (pembauran) yang sempurna bagi tiap individu dengan masyarakatnya (Gorys Keraf, 1997 : 5).

Cara berbahasa tertentu selain berfungsi sebagai alat komunikasi, berfungsi pula sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial. Pada saat kita beradaptasi kepada lingkungan sosial tertentu, kita akan memilih bahasa yang akan kita gunakan bergantung pada situasi dan kondisi yang kita hadapi. Kita akan menggunakan bahasa yang berbeda pada orang yang berbeda. Kita akan menggunakan bahasa yang nonstandar di lingkungan teman-teman dan menggunakan bahasa standar pada orang tua atau orang yang kita hormati.

Pada saat kita mempelajari bahasa asing, kita juga berusaha mempelajari bagaimana cara menggunakan bahasa tersebut. Misalnya, pada situasi apakah kita akan menggunakan kata tertentu, kata manakah yang sopan dan tidak sopan. Bilamanakah kita dalam berbahasa Indonesia boleh menegur orang dengan kata Kamu atau Saudara atau Bapak atau Anda? Bagi orang asing, pilihan kata itu penting agar ia diterima di dalam lingkungan pergaulan orang Indonesia. Jangan sampai ia menggunakan kata kamu untuk menyapa seorang pejabat. Demikian pula jika kita mempelajari bahasa asing. Jangan sampai kita salah menggunakan tata cara berbahasa dalam budaya bahasa tersebut. Dengan menguasai bahasa suatu bangsa, kita dengan mudah berbaur dan menyesuaikan diri dengan bangsa tersebut.


Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar

Bahasa  bukan sekedar alat komunikasi, bahasa itu bersistem. Oleh karena itu, berbahasa bukan sekedar berkomunikasi, berbahasa perlu menaati kaidah atau aturan bahasa yang berlaku.
Ungkapan “Gunakanlah Bahasa Indonesia dengan baik dan benar.” Kita tentu sudah sering mendengar dan membaca ungkapan tersebut. Permasalahannya adalah pengertian apa yang terbentuk dalam benak kita ketika mendengar ungkapan tersebut? Apakah sebenarnya ungkapan itu? Apakah yang dijadikan alat ukur (kriteria) bahasa yang baik? Apa pula alat ukur bahasa yang benar?

Penggunaan bahasa dengan baik menekankan aspek komunikatif bahasa. Hal itu berarti bahwa kita harus memperhatikan sasaran bahasa kita. Kita harus memperhatikan kepada siapa kita akan menyampaikan bahasa kita. Oleh sebab itu, unsur umur, pendidikan, agama, status sosial, lingkungan sosial, dan sudut pandang khalayak sasaran kita tidak boleh kita abaikan. Cara kita berbahasa kepada anak kecil dengan cara kita berbahasa kepada orang dewasa tentu berbeda. Penggunaan bahasa untuk lingkungan yang berpendidikan tinggi dan berpendidikan rendah tentu tidak dapat disamakan. Kita tidak dapat menyampaikan pengertian mengenai jembatan, misalnya, dengan bahasa yang sama kepada seorang anak SD dan kepada orang dewasa. Selain umur yang berbeda, daya serap seorang anak dengan orang dewasa tentu jauh berbeda.

Lebih lanjut lagi, karena berkaitan dengan aspek komunikasi, maka unsur-unsur komunikasi menjadi penting, yakni pengirim pesan, isi pesan, media penyampaian pesan, dan penerima pesan. Mengirim pesan adalah orang yang akan menyampaikan suatu gagasan kepada penerima pesan, yaitu pendengar atau pembacanya, bergantung pada media yang digunakannya. Jika pengirim pesan menggunakan telepon, media yang digunakan adalah media lisan. Jika ia menggunakan surat, media yang digunakan adalah media tulis. Isi pesan adalah gagasan yang ingin disampaikannya kepada penerima pesan.

Marilah kita gunakan contoh sebuah majalah atau buku. Pengirim pesan dapat berupa penulis artikel atau penulis cerita, baik komik, dongeng, atau narasi. Isi pesan adalah permasalahan atau cerita yang ingin disampaikan atau dijelaskan. Media pesan merupakan majalah, komik, atau buku cerita. Semua bentuk tertulis itu disampaikan kepada pembaca yang dituju. Cara artikel atau cerita itu disampaikan tentu disesuaikan dengan pembaca yang dituju. Berarti, dalam pembuatan tulisan itu akan diperhatikan jenis permasalahan, jenis cerita, dan kepada siapa tulisan atau cerita itu ditujukan.

Sumber : 
http://kafeilmu.com/2010/12/pengertian-ragam-dan-fungsi-bahasa-indonesia.html

Minggu, 02 Oktober 2011

Digital Culture

          Media sosial adalah media untuk interaksi sosial, dengan menggunakan teknik penerbitan sangat diakses dan scalable. Media sosial menggunakan teknologi berbasis web untuk mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif. Andreas Kaplan dan Michael Haenlein juga mendefinisikan media sosial sebagai "kelompok aplikasi berbasis Internet yang dibangun di atas fondasi ideologi dan teknologi Web 2.0, yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran konten yang dibuat pengguna."  Bisnis juga lihat media sosial sebagai media konsumen yang dihasilkan (CGM). Sebuah thread umum berjalan melalui semua definisi media sosial merupakan perpaduan teknologi dan interaksi sosial bagi penciptaan.

            Media sosial, Pemasaran, dan "otoritas sosial"

          Salah satu komponen kunci dalam pelaksanaan pemasaran media sukses sosial adalah membangun "otoritas sosial". Sosial otoritas dikembangkan ketika sebuah individu atau organisasi menetapkan diri mereka sebagai "ahli" di bidangnya, atau bidang, sehingga menjadi "influencer" di lapangan atau area. Hal ini melalui proses "membangun otoritas sosial" bahwa media sosial menjadi efektif. Itu sebabnya salah satu konsep mendasar dalam media sosial telah menjadi bahwa Anda tidak bisa sepenuhnya mengendalikan pesan Anda melalui media sosial tetapi Anda hanya dapat mulai untuk berpartisipasi dalam "percakapan" dengan harapan bahwa Anda bisa menjadi pengaruh yang relevan dalam percakapan itu.

            Namun, partisipasi percakapan harus cerdik dieksekusi karena sementara orang tahan terhadap pemasaran pada umumnya, bahkan mereka lebih tahan terhadap langsung atau terang-terangan pemasaran melalui platform media sosial. Hal ini mungkin tampak kontra-intuitif, tetapi merupakan alasan utama bangunan otoritas sosial dengan kredibilitas sangat penting. Seorang pemasar umumnya tidak dapat mengharapkan orang untuk bisa menerima pesan pemasaran dalam dan dari dirinya sendiri. Dalam laporan Trust Edleman Barometer pada tahun 2008, mayoritas (58%) dari responden melaporkan bahwa mereka paling terpercaya informasi perusahaan atau produk yang berasal dari "orang-orang seperti saya" disimpulkan menjadi informasi dari orang yang mereka percayai. Pada 2010 Trust Laporan, mayoritas beralih ke 64% lebih memilih informasi mereka dari para ahli industri dan akademisi. Menurut Inc Teknologi Brent Leary, "ini kehilangan kepercayaan, dan pergantian atas terhadap ahli dan otoritas, tampaknya bertepatan dengan munculnya media sosial dan jaringan."
  
Friendster (FS), Facebook, Twitter, Google Plus, dan Media Sosial Lainnya

        Ada banyak cara otoritas dapat diciptakan - dan pengaruh dapat dilakukan - termasuk: partisipasi dalam Wikipedia yang sebenarnya memverifikasi konten yang dibuat pengguna dan informasi lebih dari kebanyakan orang sadari, menyediakan konten yang berharga melalui jaringan sosial pada platform seperti Facebook dan Twitter, Google+ penulisan artikel dan distribusi melalui situs seperti Ezine Artikel dan Scribd, dan memberikan jawaban berdasarkan fakta pada "masalah sosial dan situs menjawab" seperti Answers eHow dan Yahoo!. 

Fungsi Jejaring Sosial 

Jejaring social umumnya memiliki fungsi yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna dalam hal:
  • Memperluas interaksi bedasarkan kesamaan nilai yang dimilki masing – masing individu, kesamaan karakteristik tertentu, ataupun pernah berinteraksi dalam kurun waktu tertentu, ehingga melahirkan nostalgia yang dapat dirasakan bersama.
  • Menambah wawasan atau pengetahuan dengan sarana Information Sharing dan Comment.
  • Pencitraan atau memasarkan diri dalam arti positif, dalam hal ini juga berkaitan dengan prestige dan kemauan untuk updae teknoloi informasi.
  • Media transaksi dan pemikiran dalam hal perdagangan, politik, budaya, bahkan dimungkinkan juga di bidang pendidikan.
  • Dalam eskalasi lebih lanjut bisa juga sarana ini sebagai meia intelejen, pengungkapan berbagai kejahatan hukum, media pertolongan dan sarana Citizen Journalism. Selanjutnya mungkin adalah sebagai media rekreatif atau cuci mata setelah ditempa oleh beratnya beban pemikiran, misalnya melihat film lucu, penemuan baru, permainan game dan lain sebagainya
1. Friendster (FS) 

         Dulu saya sangat bersemangat mendaftar beberapa media sosial pada era kejayaan Friendster (FS). Terus terang saat itu saya dan mungkin sebagian besar pengguna internet bisa dikatakan menggilai FS khususnya dan jejaring sosial pada umumnya. Saya menganggap FS adalah ajang pertamanan yang sangat unik di dunia maya. Waktu itu saya mencoba setiap media sosial baru yang menyamai atau setidaknya berusaha menyaingi FS, ada Tagged, MySpace dan mungkin juga Buzz dan Wave. Saya tidak terlalu ingat dengan nama-nama lain karena pada akhirnya saya hanya mendaftar tetapi tidak pernah aktif meng-update status atau profil di tempat gaul maya selain FS.

2. Facebook  (FB)
       Lalu tiba-tiba menyeruak Facebook (FB). Saat itu sebetulnya saya juga sudah dalam kondisi jenuh menggunakan jejaring sosial serupa FS sehingga menanggapi kehadiran FB dengan sikap biasa-biasa saja. Ajakan dan dorongan beberapa teman untuk membuka FB saya tanggapi dengan jawaban “entar aja, ah” atau kadang-kadang penolakan langsung. Beberapa teman menyebutkan keunggulan dari FB dibandingkan FS, salah satunya di FB ada foto-foto yang bisa dikomentari. Setahu saya di FS juga ada tapi saat itu saya sempat melirik halaman FB teman dengan komentar yang panjang dan lucu-lucu. Hati saya pun luluh dan akhirnya membuka akun FB juga.
          Pada suatu masa saya sempat ketagihan berstatus ria di FB. Apa lagi di sana saya ketemu lagi teman-teman sekolah dan teman-teman di tempat pekerjaan yang lama. Bercanda melalui saling berbalas komentar sungguh mengasyikkan. Melalui FB juga kami bertemu secara nyata dengan teman-teman lama, kegiatan ini sering disebut kopdar (kopi darat). Hingga saat ini saya masih meng-update status dan mengomentari status serta foto teman walau tidak terlalu intens seperti dulu.

3. Twitter 

          Twitter adalah salah satu situs social networking dan micro-blogging yang saat ini sangat populer di internet, mungkin kepopulerannya hampir menyamai kepopuleran Facebook. Fungsi utama dari Twitter ini adalah sebagai media bagi kita untuk men-share sesuatu apapun itu melalui sebuah pesan (tidak lebih dari 140 karakter) yang biasa disebut dengan tweet. Kita bisa menulis tweet ini dengan cara login ke account Twitter kita, menggunakan software-software yang dibuat khusus untuk keperluan meng-update Twitter seperti TwitterDeck, atau bisa juga melalui SMS.

        Di Twitter kita bisa mengikuti tweet-tweet yang ditulis oleh orang lain dengan cara mem-follow account Twitter mereka, dan sebaliknya orang lain pun bisa mem-follow account Twitter kita. Nah.. tingkat kepopuleran seseorang di Twitter bisa dilihat dari berapa banyak orang yang mem-follow account Twitter orang tersebut. Salah satu account Twitter yang paling banyak di-follow oleh orang-orang adalah account Twitter-nya Ashton Kutcher, ya.. aktor Hollywood tersebut saat ini memiliki lebih dari 3 juta follower di account Twitter-nya.

4. Google Plus 


        Google plus adalah jejaring sosial baru yang diluncurkan oleh raksasa internet, google. Tentu saja hal ini dilakukan untuk mengikis dominasi Facebook yang sangat berjaya di dunia jejaring sosial dalam beberapa tahun ini. Google Plus dikembangkan dengan nama proyek “Emerald Sea”, proyek rahasia ini sendiri memakan waktu satu tahun lebih dan dipimpin oleh Google Senior VP of Social, Vic Gundotra dan Google VP Product of Google Apps, Bradley Horowitz serta diperkirakan menelan biaya sekitar 585 juta dollar.
      Saat ini Google plus telah beranggotakan hampir 20 juta pengguna di minggu kedua setelah peluncurannya. Dengan anggota yang begitu banyak, admin google plus membatasi jumlah anggota google plus dengan hanya menggunakan sistem invite untuk setiap pendaftarannya. Banyak yang mengatakan, bahwa tujuan dari google plus ini adalah untuk menyaingi facebook sebagai jejaring sosial nomor 1 di dunia saat ini. Namun, semoga saja ini hanya isu belaka yang ingin mengadu dombakan keduanya.

        Fitur-fitur yang dikeluarkan Google Plus sangat canggih dan banyak sekali. Seperti fitur hangout (webcam), huddle, automatic circles, sparks, dan lain-lain yang tidak dimiliki facebook lawannya (baca: Cara Daftar Google Plus (Google+). Namun kabarnya, minggu ini Facebook bekerja sama dengan Skype meluncurkan fitur video chat sehingga 750 juta penggunanya di seluruh dunia dapat melakukan video chat baik one-to-one maupun berkelompok. Fitur ini ditengarai merupakan "jawaban" Facebook atas fitur Hangouts di Google Plus.

         Google+ (Google Plus) juga telah melakukan pemanasan dengan cara menebar +1 button beberapa bulan yang lalu di setiap hasil pencarian search engine dimana pengguna pada saat melakukan pencarian dalam keadaan login di gmail baru fitur ini dapat terlihat. Untuk anggota G+ sementara waktu ini masih dibatasi lewat invitation saja. Jika sebelumnya google juga pernah melempar produk baru seperti Google Wave dan Google Buzz tetapi kurang banyak peminatnya, Dengan kehadiran Google Plus apakah dapat mendulang kesuksesan nantinya?

         
         Menurut kabar yang banyak beredar (bloggerbuster.com), Google Plus One ini fungsinya hampir sama dengan tombol “like”  nya facebook. Namun para blogger juga menyebutkan bahwa bisa saja di masa yang akan datang Google Plus One ini menjadi tolak ukur perangkingan suatu web/blog sebagai yang paling banyak di rekomendasikan. Dengan semakin banyak orang yang merekondasikan ini maka posisi blog di SERP akan semakin baik dan peluang muncul di Page One Google juga semakin besar. Oh ya saat bulan maret saya ingat dalam promosinya  di akun google adsense saya, "Pasang google +1 di situs Anda untuk hasil pencarian lebih baik dengan rekomendasi dari teman-teman Anda"


Sumber :